Uncategorized

Asteroid Lebih Besar dari Burf Khalifa Dekati Bumi

PINOQQ: Pernah menyaksikan film Deep Impact atau Armageddon? Di kedua film tersebut, Bumi digambarkan mengalami kekacauan massal setelah ilmuwan menemukan sebuah asteroid raksasa bergerak menuju planet kita.Asteroid Lebih Besar dari Burf Khalifa Dekati Bumi

Banyak yang percaya bahwa kejadian yang ada di film-film tersebut kemungkinan bisa saja terjadi di dunia nyata. Apalagi setelah NASA mengkonfirmasi bahwa sebuah asteroid raksasa bergerak menuju Bumi dengan kecepatan yang sangat tinggi.

NASA telah mengkonfirmasi bahwa asteroid raksasa yang ukurannya lebih besar dari bangunan tertinggi di dunia saat ini, bergerak menuju Bumi dengan kecepatan hampir 34.000 mil per jam atau 54.708 kilometer per jam.

Menurut International Business Times, Pusat Studi Objek Dekat-Bumi NASA (CNEOS) mengidentifikasi,Asteroid yang Berpotensi Berbahaya (Potentially Hazardous Asteroid atau PHA) ini akan mendekati persimpangan dengan jalur planet kita pada Sabtu, 15 Februari 2020, pukul 6:05 pagi (EST) atau pada Jumat, 14 Februari, jam 18:05 petang WIB.

Asteroid Lebih Besar dari Burf Khalifa Dekati Bumi, Ini Bahayanya
Pernah menyaksikan film Deep Impact atau Armageddon? Di kedua film tersebut, Bumi digambarkan mengalami kekacauan massal setelah ilmuwan menemukan sebuah asteroid raksasa bergerak menuju planet kita.Asteroid Lebih Besar dari Burf Khalifa Dekati Bumi

Dalam pernyataannya, NASA mengatakan PHA didefinisikan berdasarkan parameter yang mengukur potensi asteroid, untuk berada dalam jarak yang mengancam Bumi.

Batu luar angkasa yang ukurannya lebih besar dari Burj Khalifa ini diperkirakan akan melewati Bumi dari jarak sekitar 3,6 juta mil atau 5,8 km.

Jika asteroid berdiameter 3,250 kaki atau 990,6 meter ini benar-benar bertabrakan dengan planet kita, maka berpotensi untuk memicu musim dingin nuklir dan kepunahan massal.

Musim dingin nuklir adalah musim dingin yang sangat panjang yang diakibatkan oleh ledakan nuklir dalam jumlah yang sangat besar.
Selama sepekan ini Bumi dilewati 14 asterorid. Salah satu yang terbesar yaitu asteroid berkode 2019 UO.

Menurut laman Newsweek, asteroid itu punya lebar 540 meter, lebih tinggi ketimbang Empire State Building. Menurut data CNEOS, objek (2019 UO) diproyeksikan terbang mendekati Bumi dengan kecepatan 9,4 kilometer per detik pada hari Jumat 10 Januari 2020.

Objek itu diduga berada pada jarak minimum yang mungkin dicapai yaitu 0,03376 unit astronomi (au) atau 13,07 jarak bulan (LD), itu berarti asteroiid tersebut sedikit lebih jauh dari 13 kali jarak Bumi dan Buan atau 5.050.000 kilometer.

Selain 2019 UO, satu asteroid yang hampir luput dari pengamatan, yaitu 2020 AT1. Asteroid tersebut mendekati Bumi pada Kamis 9 Januari 2020.

Asteroid ini masih berjarak 23 kali lebih panjang dari keliling Bumi. Diperkirakan lebarnya antara 8,3 x 19 meter.

2020 AT1 mengelilingi angkasa dengan kecepatan sekitar 22.530 kilometer per jam. 2020 AT1 merupakan asteroid dalam famili Apollos.

2020 AT1 mengikuti orbit konsentris di sekitar berbagai planet di Tata Surya seperti Mars, Venus dan Merkurius. Dari waktu ke waktu, orbit asteroid berpotongan dengan Bumi.

Eropa mengonfirmasi berpartisipasi pada program pertama yang dilakukan manusia dalam upaya melindungi planet. Badan Antariksa Eropa (ESA) telah menyetujui Hera, sebuah misi kerja sama dengan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Menurut laman space.com, misi itu akan menilai hasil program Double Asteroid Redirection Test (DART) NASA. DART merupakan program pembelokan asteroid yang berpotensi menabrak Bumi.

DART bakal diluncurkan dengan roket SpaceX Falcon pada Juli 2021 dan mencapai Didymos, salah satu dari asteroid kembar yang berukuran 775 meter, pada Oktober 2022. Penyelidikan NASA kemudian akan dihunjamkan ke Didymoon –berukuran 165 meter, asteroid yang lebih kecil dari Didymos.

Proses itu akan diamati melalui teleskop dari Bumi. Teleskop akan mendokumentasikan bagaimana dampak Didymoon dan orbitnya di sekitar Didymos. Data ini nantinya membantu para ilmuwan mengukur efektifitas strategi penabrakan kinetik dalam strategi pembelokan asteroid.

Misi Hera bakal diluncurkan pada 2023 atau 2024 dan mencapai sistem asteroid Didymos dua tahun berikutnya. Menurut pejabat ESA, pesawat ruang angkasa Eropa akan mengumpulkan berbagai jenis data tentang batuan ruang angkasa dengan bantuan dua kubus kecil, yang keduanya akan melakukan pendaratan di asteroid.

Keputusan ESA menyetujui misi Hera, yang diumumkan pada pertemuan para kepala badan ruang angkasa Eropa di Seville, Spanyol, memastikan AS tidak akan sendirian dalam uji coba pertahanan planet ini.

” Kami sangat senang dengan keputusan Badan Antariksa Eropa untuk mendanai misi Hera, bagian penting dari upaya pertama manusia dalam membelokkan asteroid,” demikian pernyataan kampanye #SupportHera.

” Suatu hari, misi Hera bisa menjadi sangat penting untuk melindungi planet kita dari asteroid.”

Asteroid Prospection Explorer (APEX), yang dibuat konsorsium Swedia-Finlandia-Ceko-Jerman, akan menyelidiki struktur interior dan komposisi permukaan kedua asteroid dalam sistem itu. Sementara itu Juventas, yang dibangun oleh perusahaan Denmark, GomSpace dan perusahaan Rumania, GMV, akan mempelajari struktur dan medan gravitasi Didymoon.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *