BERITA KESEHATAN Uncategorized

Cegah Kematian Ibu dan Bayi dengan Perawatan Pascapersalinan

Cegah Kematian Ibu dan Bayi dengan Perawatan Pascapersalinan

Cegah Kematian Ibu dan Bayi dengan Perawatan Pascapersalinan PINOQQ Lounge – Sebagian besar kematian ini terjadi setelah melahirkan. Banyak pula bayi yang meninggal dalam 28 hari pertama kehidupan karena kondisi atau penyakit tertentu dan kurangnya perawatan berkualitas.

Yep, tidak banyak yang menyadari bahwa minggu-minggu pertama setelah persalinan adalah fase kritis bagi ibu dan bayi baru lahir. Makanya, penting untuk mendapatkan perawatan setelah melahirkan (integrated postnatal care) untuk mempercepat pemulihan ibu, mencegah komplikasi setelah melahirkan, dan meningkatkan kualitas hidup ibu dan bayi.

Atas dasar itu, Klinik Utama Health360 Indonesia menghadirkan virtual media seminar bertema “Pentingkah Melakukan Perawatan Terpadu Pasca Melahirkan?” pada Selasa (9/3/2021).

Ada tiga narasumber dari dari Klinik Health360 yang didatangkan, yaitu spesialis obstetri dan ginekologi dr. Ivan M. Sondakh, SpOG; spesialis kejiwaan dr. Daniella Satyasari, SpKJ; dan spesialis gizi klinik dr. Patricia Fergie, SpGK. Mari simak pemaparannya!

Ada banyak perubahan pada fisik ibu pascapersalinan

Cegah Kematian Ibu dan Bayi dengan Perawatan PascapersalinanBanyak perubahan fungsi organ atau hormonal yang terjadi setelah melahirkan. Dokter Ivan mencontohkan rahim yang awalnya sebesar telur ayam akan membesar dan menekan organ dalam lainnya. Rambut pun rontok dan menipis, tetapi akan kembali seperti sediakala dalam waktu 5 bulan. Selain itu, bisa juga muncul stretch mark yang susah hilang.

“Periode ini kritis bagi wanita karena ia harus recovery atau pemulihan dari luka atau kelelahan pasca melahirkan. Saat butuh recovery, ia juga harus mengasuh anaknya. Belum lagi mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengurus suami. Akhirnya, risiko depresi atau stres postpartum semakin tinggi,” ujar dr. Ivan.

Tingkat kematian bayi juga tinggi. Penting mempersiapkan diri untuk beradaptasi secara fisik, psikologis, dan sosial.

Selain itu, dr. Ivan menjelaskan hal-hal yang perlu diwaspadai pasca melahirkan, seperti pendarahan hebat, demam, nyeri yang semakin bertambah, sesak, nyeri dada, kaki bengkak atau nyeri, susah buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB), hingga adanya gangguan mood atau depresi.

BACA JUGA : Essential Oil yang Baik untuk Meredakan Gejala Eksim

Tak hanya fisik, kesehatan mental ibu harus diperhatikan

Cegah Kematian Ibu dan Bayi dengan Perawatan PascapersalinanSebanyak 70-80 persen ibu pernah mengalami baby blues, 13 persen terkena depresi pasca melahirkan, dan 10 persen memiliki gangguan cemas pasca melahirkan. Menurut dr. Daniella, perempuan wajar mengalami masalah psikologis pasca persalinan, terlebih di masa pandemi seperti sekarang.

Apa penyebabnya? Ia mengatakan ada tiga, yaitu biologis, psikologis, dan sosial. Secara biologis, hormon pada ibu hamil dan melahirkan naik-turun, sehingga bisa mengakibatkan perubahan mood dan perilaku. Selain itu, bisa karena ketidakseimbangan zat kimia di otak.

Untuk faktor psikologis, mungkin ada stresor (pemicu stres) tertentu yang dipengaruhi oleh kepribadian, pola asuh, hingga kemampuan untuk beradaptasi dan coping. Dari sisi sosial, bisa dipengaruhi lingkungan, budaya, tingkat pendidikan dan status pekerjaan, hingga dukungan pasangan, keluarga, dan teman.

Salah satu masalah yang umum ditemui adalah baby blues, yang muncul 1-2 hari setelah melahirkan.

Baby blues wajar terjadi maksimal dua minggu sampai satu bulan setelah melahirkan. Jika berlanjut setelah itu, mungkin adalah depresi postpartum dan gejalanya lebih berat dari baby blues,” tutur dr. Daniella.

Soal nutrisi juga tidak boleh asal-asalan

Cegah Kematian Ibu dan Bayi dengan Perawatan PascapersalinanSeperti apa gizi seimbang untuk ibu menyusui? Menurut dr. Patricia, kalori harian yang dikonsumsi harus ditambah. Pada 6 bulan pertama setelah melahirkan, perempuan perlu ekstra 330 kkal per hari, sementara pada 6 bulan kedua membutuhkan tambahan 400 kkal setiap hari.

Ini supaya ibu bisa menghasilkan ASI yang cukup dan berkualitas. Sebagai contoh, perempuan usia 19-29 tahun memiliki kebutuhan energi 2.250 kkal per hari. Jika sedang menyusui, maka kebutuhan energinya bertambah menjadi 2.580-2.650 kkal per hari.

Bolehkah ibu menyusui diet untuk menurunkan berat badan? Jawabannya adalah boleh, asal dilakukan ketika ASI sudah optimal, kurang lebih 2 bulan setelah melahirkan. Ini agar suplai ASI tetap terjamin dan kebutuhan energi serta nutrisi tercukupi.

Selain itu, dr. Patricia menganjurkan untuk berolahraga rutin beberapa minggu setelah melahirkan. Olahraga jenis ini tidak berefek pada volume maupun komposisi ASI.

Bagaimana cara beradaptasi bagi ibu yang baru melahirkan?

Cegah Kematian Ibu dan Bayi dengan Perawatan PascapersalinanDokter Daniella mengakui bahwa adaptasi tidak mudah untuk dilakukan. Terlebih, pada ibu yang baru pertama kali melahirkan. Setidaknya, butuh waktu 4-5 bulan untuk beradaptasi dengan rutinitas mengurus anak.

Apa yang harus dilakukan jika masih timbul perasaan sedih atau cemas? Dr. Daniella menyarankan untuk menghindari hal-hal yang bisa membuat semakin sedih, cemas, dan uring-uringan, misalnya medial sosial.

“Adiksi media sosial bisa menimbulkan depresi dan semakin memperburuk perasaan. Hindari terlalu banyak main media sosial, batasi misalnya 2-3 jam per hari dan berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain,” dr. Daniella menegaskan.

Selain itu, kita juga harus aware akan perubahan pada diri kita, jangan takut untuk meminta bantuan dan menghadiahi diri sendiri sesekali. Don’t forget to treat yourself!

BACA JUGA : 5 Tanda Dia Tergila-gila dengan Ciuman Seksimu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *