BERITA KESEHATAN

5 Penyebab Anak Mengigau Saat Tidur dan Cara Mengatasinya

5 Penyebab Anak Mengigau Saat Tidur dan Cara Mengatasinya

PinoQQLounge  Mengigau saat tidur mungkin pernah dialami siapa saja. Tidak hanya orang dewasa saja, anak-anak juga sering mengalaminya. Ketika mengecek anak di kamar tidurnya, kamu menemukan ia berbicara saat tidur. Saat kamu bertanya pada keesokan harinya, ia tak ingat apa yang ia bicarakan.

Studi menemukan bahwa lebih dari 50 persen anak berusia 3-10 tahun pernah mengigau saat tidur. Bahkan, 1 dari 10 anak mengalaminya beberapa kali dalam seminggu. Anak mengigau saat tidur, atau disebut juga dengan sleep talking atau somniloquy ini memang bukanlah hal yang jarang terjadi.

Penyebab anak mengigau berkaitan dengan beberapa faktor. Faktor-faktor ini membuatnya lebih rentan mengalami kondisi mengigau saat tidur. Mengigau tak selalu berupa mengucapkan kata-kata yang jelas. Menguap sambil mengeluarkan suara, tertawa terbahak-bahak, cekikikan, atau hanya mengeluarkan gumaman yang tak jelas juga termasuk mengigau.

Berikut PinoQQLounge rangkum dari berbagai sumber, Senin (23/9/2019) beberapa 5 penyebab anak mengigau saat tidur dan cara mengatasinya.

Penyebab Anak Mengigau

5 Penyebab Anak Mengigau
Penyebab Anak Mengigau

Saat tidur, terjadi dua tahap pada diri seseorang, yaitu tahap non-REM (non rapid eye movement) dan REM (rapid eye movement). Pada tahap non-REM sebagian besar bagian otak sudah beristirahat dan tertidur. Namun, ada bagian kecil yang masih terbangun. Pada tahap inilah anak bisa mengigau.

Sedangkan pada tahap REM, anak sering kali mengalami fase bermimpi. Pada tahap REM, anak bisa mengigau dengan mengucapkan kata-kata salah seorang karakter dalam mimpinya. Pada tahap mana pun anak mengigau, ia tak akan sadar atau mengingat kejadian tersebut. PokerOnline

Sebenarnya, sebagian kasus mengigau merupakan suatu hal yang normal. Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan anak menjadi lebih rentan mengigau, seperti:

– Terlalu lelah beraktivitas dari pagi hingga sore hari, misalnya banyak melakukan aktivitas fisik yang menguras tenaga.

– Mengalami stres atau depresi, misalnya jika anak menjadi korban bullying di sekolah.

– Anak tidur kurang dari 8 jam di malam hari atau terbangun beberapa kali saat tidur.

– Sedang mengalami demam.

– Efek samping obat-obatan tertentu.

Cara Mengatasi Mengigau

5 Penyebab Anak Mengigau
Penyebab Anak Mengingau

Untuk mengatasi anak yang mengigau, sebenarnya tak ada obat apapun yang perlu diberikan. Namun, orang tua dapat melakukan beberapa hal untuk mengurangi kejadian mengigau pada anak, seperti:

– Membuat anak terbiasa tidur di jam yang sama setiap malam

– Membuat anak terbiasa tidur setidaknya 8 jam setiap malam

– Menghindari penggunaan smartphone atau gadget pada anak menjelang jam tidur

– Menghindari konsumsi kafein seperti kopi atau teh pada malam hari

Terkadang anak bisa juga mengigau saat ia sedang bersemangat atau sedang cemas tentang suatu hal tertentu. Hal-hal seperti akan menghadapi ujian, penampilan senin, atau liburan yang sudah dinantikannya. Dengan mendampingi dan suportif pada anak akan mengurangi gangguan mengigau yang dialaminya.

Baca Juga : 6 Penyebab Pingsan dan Pertolongan Pertama yang Perlu Dilakukan

Kondisi Mengigau yang Perlu Diwaspadai

5 Penyebab Anak Mengigau
Mengigau

Meski sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan, tapi ada sekitar 10 persen kasus mengigau pada anak yang tidak normal dan perlu penanganan khusus. Tanda-tandanya sebagai berikut:

– Anak mengigau setiap malam.

– Anak berbicara sendiri saat tidur selama lebih dari 1 menit.

– Anak terlihat mengantuk keesokan harinya.

– Tidak hanya mengigau, anak juga berjalan saat tidur

– Mengigau disertai dengan mendengkur yang tidak teratur

– Anak berteriak-teriak saat tidur sampai mengganggu orang lain

– Anak mengigau disertai mimpi buruk yang membuatnya terbangun ketakutan di tengah malam.

– Mengigau disertai dengan kaku otot atau kejang.

Jika anak mengalami satu atau beberapa gejala di atas, kemungkinan besar itu bukan merupakan mengigau yang normal. Kamu bisa membawa anak ke dokter atau psikiater untuk berkonsultasi jika gejala-gejala tersebut terjadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *