Fakta Kemajuan Peradaban Sekaligus Kekejaman Dinasti Qin
BERITA UNIK

Fakta Kemajuan Peradaban Sekaligus Kekejaman Dinasti Qin

Pimoqq Lounge – Fakta Kemajuan Peradaban Sekaligus Kekejaman Dinasti Qin, Republik Rakyat Tiongkok merupakan salah satu negara maju. Baik di bidang ekonomi, maupun bidang lainnya. Negara yang berbentuk republik ini juga merupakan salah satu negara dengan luas wilayah dan jumlah penduduk terbesar di dunia. Saat ini Tiongkok memang menjadi negara yang berbentuk republik yang di pimpin oleh seorang presiden. Tetapi dahulu, Tiongkok masih berbentuk kerajaan yang di pimpin oleh beberapa dinasti. Pinoqq online

Salah satu dinasti yang sempat berkuasa di Tiongkok adalah Dinasti Qin. Dinasti ini merupakan dinasti pertama Kekaisaran Tiongkok, yang berlangsung dari tahun 221 hingga 206 SM. Di namakan berdasarkan pusatnya di negara bagian Qin (Gansu dan Shaanxi modern), di nasti ini di di rikan oleh Qin Shi Huang, Kaisar Pertama Qin. Meskipun Dinasti Qin memerintah Tiongkok dengan tangan besi, mereka berhasil menstandarkan sistem penulisan, pengukuran, dan bahkan mengembangkan sistem jalan raya di seluruh negara bagian. Berikut fakta-fakta menarik tentang Dinasti Qin.

1. Melakukan Standardisasi Satuan Ukuran dan Berat

Melakukan Standardisasi Satuan Ukuran dan Berat

Dinasti Qin berusaha untuk menstandarkan metode pengukuran unit, berharap untuk memperbaiki unit dasar yang di gunakan di seluruh wilayah Tiongkok. Satuan berat yang di gunakan oleh Dinasti Qin di sebut “shi” dan juga di sebut sebagai “dan”.  Semua ini di ciptakan oleh Shi Huan Di (yang setelah menyatakan di rinya sebagai kaisar pertama Tiongkok akan di sebut Qin Shi Huang ). Satuan shi berukuran sekitar 60 kilogram, sedangkan shi modern berukuran sekitar 71,68 kilogram.

Anak timbangan yang di gunakan untuk menghitung pajak biji-bijian biasanya terdiri dari perunggu, meskipun beberapa artefak besi telah di temukan dengan prasasti yang menceritakan penyatuan luar biasa Dinasti Qin antara penguasa daerah dan rakyat jelata dengan damai. Untuk mencegah korupsi, pejabat Qin tidak di izinkan menyimpang dari shi, dan ini membantu orang untuk mengakui otoritas dinasti Qin.

2. Melakukan Standardisasi Penulisan

Melakukan Standardisasi Penulisan

Sebelum pemerintahan Qin Shi Huang, gaya penulisan di izinkan untuk berkembang secara sendiri-sendiri di setiap daerah. Hal ini membuat karakter dan gaya penulisan menjadi berbeda-beda. Alfabet Tiongkok  di kenal sebagai “logografik” yang berarti bahwa setiap simbol atau huruf mewakili satu kata atau frasa. Inilah yang membuat alfabet Tiongkok jadi sangat banyak. Berbeda dengan bahasa lain seperti bahasa Inggris dan Latin yang menampilkan setiap huruf yang hanya mewakili vokal dan konsonan.

Dinasti Qin melihat perbedaan gaya penulisan yang di gunakan di enam negara bagian sebagai ancaman terhadap potensi mendominasinya salah satu negara bagian. Selain itu, perbedaan tulisan juga di rasa menghambat komunikasi dalam perdagangan, perpajakan, transportasi, dan dapat menyimpan ide-ide politik yang berbeda-beda. Seorang tokoh bernama Li Si kemudian memperkenalkan pembentukan sistem “segel kecil” yang akan membakukan metode penulisan yang di gunakan di seluruh kekaisaran. Pada awalnya, sistem ini menampilkan 3.000 karakter huruf. Setelah melakukan berbagai pengembangan akhirnya karya Li Si ini di gunakan selama ribuan tahun setelahnya. Setelah di temukan sistem percetakan pada 600 Masehi, metode penulisan Li Si di modifikasi sedikit sebagai penyesuaian.

3. Pembakaran Buku dan Penindasan Pemikiran

Pembakaran Buku dan Penindasan Pemikiran

Fakta Kemajuan Peradaban Sekaligus, Meskipun standardisasi sistem penulisan Tiongkok sukses besar, banyak buku masih berisi tulisan dengan sistem yang lama. Pada tahun 213 SM, Kaisar memerintahkan semua buku yang tidak mengandung tulisan “segel kecil” untuk dibakar. Tetapi saat itu sebagian besar orang berpikiran bahwa Kaisar juga ingin membatasi pengetahuan rakyat yang mungkin akan membuat rakyatnya mengkritik kebijakan Qin. Dinasti Qin berpikir bahwa seharusnya rakyat jelata mengisi waktunya hanya untuk menenun dan bertani. Menghabiskan waktu untuk membaca hanya akan membuang-buang tenaga.

Qin Shi Huang dan penasihatnya, Li Si, ingin mengontrol bagaimana pengetahuan menyebar ke seluruh kekaisaran, dan mereka akan berusaha keras untuk mencapai ini. Sima Qian, yang menulis tentang sejarah Dinasti Qin, pada tahun 80 SM, mengklaim Li Si pernah berkata kepada kaisar, “Hambamu menyarankan agar semua buku di arsip kekaisaran, kecuali memoar Qin, untuk dibakar.  Siapapun yang mengkritik pemerintah, bersama dengan semua anggota keluarganya harus di hukum mati. ” Keputusan ini membuat Dinasti Qin sangat tidak populer dan mungkin menjadi salah satu penyebab pada kejatuhannya hanya enam tahun setelah perintah pembakaran ini di laksanakan. Tetapi sebenarnya pembakaran buku Qin sebagian besar tidak berhasil, karena banyak tulisan masih tersedia dari periode sebelumnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *