Uncategorized

Solusinya Anak Rewel karena Sembelit

Anak Rewel karena Sembelit? Ini Solusinya!
Solusinya Anak Rewel karena Sembelit

Solusinya Anak Rewel karena Sembelit. Bagi orang tua dan anak-anak, sembelit atau konstipasi adalah salah satu problem kesehatan yang paling sering di temui. National Health Service (NHS) mencatat bahwa sembelit paling umum pada anak berusia 2–3 tahun atau sedang potty training.

Mengganggu sistem pencernaan dan kebiasaan buang air besar, anak-anak di buat tak nyaman olehnya. Meski umum, sembelit yang terus-menerus bisa mengancam kesehatan dan tumbuh kembang anak. Inilah yang harus orang tua lakukan bila si kecil terserang sembelit, Solusinya Anak Rewel karena Sembelit!

Gejala sembelit pada anak

Berbagi tips dengan IDN Times lewat rilis, dokter spesialis anak Eka Hospital BSD, dr. Arnold Soetarso, SpA, menjabarkan bahwa sembelit bisa menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman di perut semua orang, terlebih saat menyerang anak-anak. Menurut dr. Arnold, selain sakit perut, gejala-gejala sembelit pada anak meliputi:

Menurunnya frekuensi buang air besar anak, yaitu kurang dari tiga kali dalam seminggu.
Tinja atau feses anak terlihat keras dan kering (tak jarang, ada jejak darah di permukaan tinja yang keras)
Anak kesulitan atau mengejan saat buang air besar.
NHS melansir, bentuk tinja juga bisa berbentuk butiran kecil bak “tinja kelinci”. Selain itu, Mayo Clinic juga mencatat bahwa pada anak usia di atas 1 tahun, noda tinja di celana dalam bisa menjadi tanda bahwa tinja tertarik mundur ke dalam dubur.

Noda menceret di celana dalam anak adalah fenomena yang umum di temui saat sembelit. Ini karena tinja yang besar dan keras menyumbat ujung dubur, sehingga tinja yang masih baru dari usus besar menyalip tinja keras tersebut dan mengotori celana dalam anak.
Johns Hopkins Medicine menjelaskan bahwa kehilangan nafsu makan secara tiba-tiba juga adalah tanda sembelit. Jika anak takut buang air besar akibat sembelit, ia akan menahannya. Hal ini terlihat dari berbagai ciri perilaku, seperti:

Menyilangkan kaki.
Mengencangkan daerah bokong.
Menggeliatkan tubuh.
Muka memerah dan ekspresi sedang menahan buang air besar.
Anak yang sembelit dan kesakitan saat buang air besar bisa amat takut sehingga mereka menahan tinja. Bak lingkaran setan, makin di tahan buang air besar, maka sembelit bisa makin parah.

Penyebab sembelit pada anak

Menurut dr. Arnold, ada beberapa hal yang bisa memicu sembelit pada anak. Faktor-faktor tersebut adalah:

Kurangnya asupan air putih.
Kurang asupan serat.
Stres (baik saat potty training atau akibat faktor lingkungan lainnya).
Alergi protein susu sapi.
Jarang olahraga.
Lupa waktu saat bermain, terutama dengan meningkatnya penggunaan gadget di kalangan anak.
National Institute of Dia betes and Di gestive and Kidney Di seases (NIDDKD) menjabarkan bahwa ada beberapa gangguan medis yang bisa memicu sembelit pada anak, seperti:

Penyakit Hirschsprung.
Penyakit celiac (autoimun).
Gangguan medis yang menyerang otak dan tulang belakang (seperti spina bifida) atau cedera otak dan sumsum tulang belakang lainnya.
etabolisme, seperti dia betes.
Gangguan hormon, seperti hipotiroidisme.
Gangguan medis yang menyumbat usus besar dan dubur, termasuk tumor.
Selain itu, dr. Arnold menjelaskan bahwa efek samping obat-obatan tertentu bisa memicu sembelit pada anak, di tambah dengan kondisi-kondisi yang di jabarkan sebelumnya. Perlu di konsultasikan ke dokter, obat-obatan yang bisa menyebabkan sembelit dapat meliputi:

Antasid yang mengandung zat aluminium dan kalsium.
Antokolinegik dan antispasmodik.
Antikonvulsan.
Suplemen zat besi.
Pereda nyeri (analgesik) seperti opioid.
Beberapa jenis obat depresi.
Apabila anak mengonsumsi beberapa obat tersebut dan menunjukkan gejala sembelit, segera konsultasi dengan dokter agar dosis atau jenis obat anak di sesuaikan.

Mengatasi sembelit pada anak

Jika sudah tahu penyebabnya, maka orang tua bisa mengatasi sembelit sesuai penyebabnya. Dokter Arnold menjabarkan beberapa solusi, yaitu:

Memberi asupan air yang banyak.
Memberi latihan potty training yang benar agar anak terbiasa ke toilet sendiri.
Mengajak anak aktif berolahraga.
Mencukupi asupan serat anak, terutama dari sayur-mayur, buah-buahan, kacang-kacangan serta sereal.
Membantu anak mengelola stres.
Mengganti susu protein sapi ke susu hipoalergenik atau alternatif lainnya.
Saat anak sembelit hingga ada noda menceret di celana, jangan langsung memarahi anak, toh mereka tidak melakukannya dengan sengaja. Tetap tenang dan tenangkan anak sehingga bisa menemukan solusi.

Kapan anak harus di bawa ke dokter?

Dokter Arnold mengatakan kembali bahwa sembelit umum terjadi di semua kalangan usia. Berbeda waktu gejalanya, ia mengatakan sembelit umumnya berlangsung selama 3 hari. Akan tetapi, bagaimana bila hingga 2 minggu sembelit tak kunjung mereda?

“Sembelit mungkin saja bisa berlangsung lebih lama jika tidak segera melakukan penanganan pada si kecil,” tulis dr. Arnold.

Segera membawa anak berobat jika menunjukkan gejala sembelit, terutama bila itu adalah sembelit pertama yang di alami. Dokter Arnold memperingatkan orang tua untuk segera membawa anak dengan sembelit ke dokter, terutama bila hal-hal ini terjadi:

Demam.
Nafsu makan hilang.
Di temukan jejak darah pada permukaan tinja yang keras.
Penurunan berat badan.
Anak mengeluh nyeri saat buang air besar.
Perut terlihat membengkak.
Penanganannya pun berbeda tergantung usia. Umumnya, obat pencahar perut (laksatif) di resepkan jika anak sudah bisa makan makanan padat bersama dengan modifikasi gaya hidup anak. Obat ini membuat tinja lebih lunak atau merangsang usus sehingga tinja lebih mudah di keluarkan.

“… penggunaan obat sembelit sebaiknya di lakukan dengan melakukan konsultasi bersama dokter terlebih dahulu,” tambah dr. Arnold.

Pencegahan sembelit pada anak

Jika tidak di tangani, bukan hanya komplikasi kesehatan, anak juga berisiko menjadi minder karena sembelit dan menceret yang di alaminya. Kabar baiknya, sembelit pada anak (seperti di kalangan usia lainnya) bisa di cegah. Menurut Mayo Clinic, beberapa tips mencegah sembelit pada anak antara lain:

Memastikan asupan serat anak cukup (19gr serat/hari menurut Cleveland Clinic untuk anak usia 1–3 tahun dan 25gr/hari untuk anak usia 4–8 tahun) agar tinja tidak keras.
Memastikan asupan cairan anak cukup.
Mengajak anak aktif berolahraga.
Menciptakan kebiasaan ke toilet yang nyaman dengan potty training yang benar.
Membiasakan anak untuk langsung ke toilet saat ingin buang air besar meski sedang bermain.
Mendukung usaha anak saat berhasil buang air besar.
Jika menemukan noda tinja di celana dalam anak, jangan di hukum, melainkan pastikan kalau sembelit anak teratasi dengan benar.
Jika obat yang di konsumsi memicu sembelit, konsultasikan ke dokter untuk mencari alternatif lainnya.
“Tidak perlu panik ketika si kecil mengalami sembelit karena hanya dengan melatih pola hidup yang baik, orang tua sudah bisa menjauhkan risiko terkena sembelit yang dapat mengganggu kenyamanan mereka dalam beraktivitas,” tandas dr. Arnold.

SUMBER : jayapino.org

http://pinoqq.org/app/Default0.aspx?lang=id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *