PinoQQlounge-Surga Nusantara Bernama Raja Ampat Terinspirasi oleh bacaannya saat kecil, Agustus lalu, suami saya dan saya mengunjungi Raja Ampat, Papua. Saya menyadari itu bukan saat terbaik untuk berkunjung ke Papua, tapi kami masih menikmati sembilan hari menjelajahi nusantara mini dalam jumlah rekaman, yang sebelumnya disebut Kalana Fat.
Dalam bahasa Maya, Kalana Fat berarti nusantara. Ini menggambarkan bahwa Raja Ampat terdiri dari 610 pulau, yang mencakup empat pulau besar: Waigeo, Batanta, Salawati, dan Misool.
Surga Nusantara Bernama Raja Ampat
Menurut cerita yang diyakini oleh penduduk setempat, empat kepala pabean dianggap berasal dari empat telur yang menetas. Suatu saat nanti, mereka akan menjadi pemimpin di empat wilayah kepulauan ini.
Berdasarkan sejarah konstitusional adat, cluster Raja Ampat terbagi menjadi empat wilayah pemerintahan yang berbagi persekutuan hukum adat atau kerajaan tradisional. Wilayah kerajaan atau suku Upah (sekarang Waigeo) meliputi pulau Waigeo dan pulau-pulau sekitarnya, kecuali wilayah Teluk Aljui dan teluk Mayalibit. Kerajaan Salawat (sekarang Salawati) memiliki wilayah yang meliputi pulau Salawati utara dan Teluk Aljui di Waigeo Selatan.
Baca Juga : Ganja Dapat Sebabkan Kerusakan Sperma
Kerajaan Salolof (sekarang Sailolof) berkuasa di selatan Salawati, Pulau Batanta dan pulau-pulau sekitarnya, dan teluk di pulau selatan Mayalibit Waigeo. Kerajaan keempat disebut Umsool (sekarang Misool) di mana kekuasaan adat kesukuan meliputi Pulau Misool dan pulau-pulau sekitarnya.
Setelah menghabiskan satu hari di Waisai, keesokan harinya kami pergi ke selat Dampier di sekitar Mioskun, atau Pulau Kelelawar. Kami terjun dengan dive master, Arief. Pada kedalaman lima sampai sepuluh meter, kami melihat sinar sting, ikan tupai bermata besar, ikan badut, bibir manis, dan ikan landak. Kami terjun lebih dalam lagi, dan kami melihat seekor hiu wabagon berbaring dengan tenang di permukaan pasir di antara lekuk karang! Itu adalah pertemuan yang menegangkan bagi kami.
Raja Ampat
Setelah menghabiskan hari ketiga dan keempat bersantai dan snorkeling di pantai Waisai, keesokan harinya kami menuju ke Pulau Wayag bersama dengan Azar (27), Bupati Manyaifun yang termasuk selusin orang. Sepanjang perjalanan, kami menyempatkan diri untuk mampir di Pulau Kawe, lalu mendaki tebing, yang setinggi 100 meter atau setara dengan 40 lantai di Jakarta. Kami butuh waktu satu jam untuk mencapai puncak! Fiuh, betapa leganya saat kita sampai di sana!
Pada hari ketujuh, Arief mengajak kami untuk menikmati teluk Kabui dan melihat karang yang ada berbentuk raksasa dan jamur di laut. Ajaibnya, seperti cerita tentang si kecil di tanah dongeng. Keajaiban lain yang kami hadapi adalah di pemakaman kuno, dan sebuah gua bawah tanah yang besar di sebuah pulau. Sama menakjubkannya adalah burung, pada pukul lima sore. Entah dari mana mereka muncul dan bernyanyi, dan sepertinya mereka bernyanyi dan menari dengan gembira. Menurut warga setempat, ritual ini sudah rutinitas sehari-hari sejak dulu. Setengah jam berlalu sebelum burung-burung itu mengucapkan selamat tinggal kepada kami dan terbang ke suatu tempat, membuat kami takjub.PokerOnline
Pada hari kedelapan, kami menghentikan bya pasar tradisional di kota Waisai, lalu santai di dermaga. Keesokan harinya, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, kami menyaksikan upacara pengibaran bendera di kantor halaman Bupati. Ada sederet murid sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, juga korps polisi, militer, sipil, dan pegawai negeri sipil. Lagu kebangsaan Indonesia dinyanyikan oleh korps marching band dan Red and White (Bendera Indonesia) berkibar anggun di langit biru. Saya tersentuh, saya tidak pernah membayangkan seseorang bisa melihat ritual upacara nasionalisme di wilayah timur Indonesia. Pada sore yang sama, kami berangkat dan menuju ke Raja Ampat Sorong, berdoa agar nirwana ini tetap bertahan.
