Uncategorized

Survei Ini Kuak Warga Singapura Makan Makanan Kedaluwarsa

Survei Ini Kuak Warga Singapura Makan Makanan Kedaluwarsa

Ilustrasi makanan kadaluarsa

PINOQQLOUNGE – Survei Ini Kuak Warga Singapura Makan Makanan Kedaluwarsa Sebagian dari Anda mungkin tidak mementingkan seberapa baik kualitas nutrisi dari makanan yang di makan, padahal itu merupakan hal penting untuk kesehatan.

sebuah lembaga survei online mengadakan survei literasi gizi yang melibatkan individu yang berusia 18 dan 64 tahun. Hasilnya, secara umum, sekitar 74 persen responden sudah memiliki pemahaman literasi gizi yang baik

Berdasarkan pengalaman saya yang telah bekerja dengan orang banyak untuk meningkatkan kesehatan mereka, sekitar 50 persen warga Singapura paham akan dasar-dasar nutrisi, tetapi 50 persen sisanya memiliki pemahaman yang sangat minim tentang makanan dan fungsi-fungsinya bagi tubuh kita,” kata Fiona Chia, direktur pelaksana perusahaan konsultasi nutrisi, Health Can Be Fun.

Dari hasil survei di dapati, sekitar 93 persen orang Singapura menyadari bahwa apa yang mereka makan sekarang dapat memengaruhi kesehatan mereka di masa depan, namun mereka tidak mengambil tindakan sesuai dengan pengetahuannya.

Shirley Tan, kepala pemasaran Etiqa menyebut bahwa hal tersebut di pengaruhi oleh kriteria-kriteria makanan sehat yang ada.

“Ada persepsi bahwa makanan yang lebih sehat harus memenuhi kriteria tertentu. Misalnya, harus organik, dan ini biasanya tersedia dengan harga yang lebih tinggi,” katanya.

Selain biaya, kebiasaan makan yang buruk yang telah di budayakan sejak muda juga menjadi salah satu faktornya. Misalnya, ada banyak dari para responden yang sudah terbiasa untuk memakan makanan cepat saji dan memakan makanan manis sebagai hadiah.

 Semakin Tua, Semakin Banyak Konsumsi Makanan Sehat

Survei Ini Kuak

Survei Ini Kuak Ternyata, satu dari dua orang di Singapura sering  mengemil dengan intensitas tiga kali atau lebih dalam seminggu.

Sepertiga di antaranya (28 persen) ngemil setiap satu atau dua kali dalam seminggu, sementara seperlima di antaranya (21 persen) melakukannya kurang dari sekali dalam seminggu.

Jenis-jenis makanan yang paling umum mereka konsumsi untuk ngemil ialah Keripik dan kerupuk (dengan 59 persen responden); cokelat, kue, dan makanan manis (51 persen responden); dan kacang-kacangan (45 persen responden).

Semakin muda responden, semakin tidak sehat pilihan camilan mereka. Menurut survei, 80 persen dari mereka yang berusia di antara 18 dan 24 tahun mengakui bahwa mereka ngemil makanan ringan yang tidak sehat (nilai gizi rendah dan tinggi lemak, gula, dan kalori) di bandingkan dengan 37 persen dari mereka yang berusia 55 tahun ke atas.

Kelompok yang lebih tua biasanya lebih sadar akan kesehatan karena mereka tahu efek samping dari memakan makanan yang tidak sehat. Selain itu, pencernaan mereka akan memburuk seiring bertambahnya usiia, yang memaksa kita untuk memakan makanan yang lebih sehat. KartuOnlineTerpercaya

Tidak Banyak Orang Membaca Informasi Nilai Gizi di Balik Kemasan

Sering Tak Dihiraukan, Ini Pentingnya Membaca Label Kemasan menurut BPOM

Hampir setengah responden mengaku bahwa mereka akan membaca informasi nilai gizi di balik kemasan lebih dulu saat berbelanja makanan—tetapi 30 persen di antaranya mengabaikannya.

Menurut survei, pada kelompok yang tidak membaca nilai gizi di balik kemasan, 42 persen di antaranya adalah Gen Z atau mereka yang berusia antara 18 hingga 24 tahun.

Menariknya, responden yang berusia 25 hingga 34 tahun akan mempelajari informasi nilai gizi di kemasan makanan yang akan mereka beli, di bandingkan dengan mereka yang berusia di atas 45 tahun. Hal ini dis ebabkan oleh peningkatan peminat kesehatan dan kebugaran di kelompok usia yang lebih muda, kata Tan.

Membaca informasi nilai gizi di balik kemasan merupakan satu tantangan jika kita tidak memiliki pemahaman terhadap hal tersebut, kata Chia.

“Mempelajari makanan dan sumber-sumbernya dapat membantu kita memperoleh manfaat yang lebih banyak dari makanan yang kita konsumsi.”

“Misalnya, dalam makanan kaya akan karbohidrat, kita harus memperhatikan serat makanan. Dalam minyak, kita harus memperhatikan lemak jenuh yang lebih rendah dan kandungan lemak tak jenuh yang lebih tinggi. Sedangkan untuk makanan ringan, kita harus memperhatikan kadar natrium dan gula total pada kemasan,” tambahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *