Uncategorized

Protokol Kesehatan Tidak Boleh Kendor

Sudah Divaksin? Protokol Kesehatan Tidak Boleh Kendor!

Protokol Kesehatan Tidak Boleh Kendor PINOQQLOUNGE – Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, per 2 Mei 2021 pukul 18.00 WIB, jumlah masyarakat yang sudah divaksinasi dosis pertama adalah 12.469.406 orang dan 7.703.110 orang sudah mendapatkan dosis kedua.

Padahal, vaksin bukan untuk mencegah penularan, melainkan mencegah agar tidak mengalami gejala berat.

Ada tiga yang dihadirkan, yaitu Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), dokter spesialis paru RSUP Persahabatan, Dr. dr. Gatot Soegiarto, Sp.PD-KAI, FINASIM, dokter spesialis penyakit dalam RS Husada Utama, dan Dr. Raphael Aswin Susilowidodo, M.Si, VP Research and Development SOHO Global Health. Simak, yuk!

Varian baru akibat mutasi virus ada di sekeliling kita

Sudah Divaksin? Protokol Kesehatan Tidak Boleh Kendor!

Dokter Erlina memulai sesinya dengan memaparkan tentang mutasi virus SARS-CoV-2. Terlebih, SARS-CoV-2 adalah virus mRNA, di mana mutasi merupakan hal yang lazim.

Selanjutnya adalah B.1.351 yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada Oktober 2020. Varian ini memiliki kemampuan menular yang lebih tinggi dan berpotensi menurunkan efektivitas vaksin.

Sama seperti B.1.351, varian ini memiliki tingkat transmisi yang tinggi dan berpotensi menurunkan efektivitas vaksin.

“Khusus mengenai B.1.1.7, (varian) ini sudah ditemukan di Indonesia sejak bulan Maret 2021 dari pekerja yang datang ke Indonesia,” Dr. Erlina mewanti-wanti.

Spike protein-nya mengalami mutasi yang bisa memengaruhi efektivitas antibodi terhadap variasi virus. Ada pula mutasi N439K yang terdeteksi di Indonesia sejak November 2020. Mutasi ini bisa menghindari respons imun poliklonal dan berpengaruh terhadap keberhasilan vaksin.

Namun, yang terpenting adalah kita harus transparan dan memberikan edukasi tentang apa itu mutasi, apa dampaknya terhadap kesehatan masyarakat, hingga sifat-sifatnya.

BACA JUGA : Inilah Jenis Sakit Kepala yang Berbahaya dan Bisa Mengancam Jiwa

Jangan terlena dengan euforia vaksin dan lengah terhadap protokol kesehatan

Sudah Divaksin? Protokol Kesehatan Tidak Boleh Kendor!

“Di India pada akhir tahun 2020 terjadi penurunan kasus yang sangat drastis. Jauh turunnya sampai mereka mengatakan telah keluar dari pandemi, sehingga pemerintah dan masyarakatnya terlena. Euforia dengan penurunan (kasus) yang luar biasa sampai 10 kali lipat penurunannya,” ungkap Dr. Erlina.

“Oleh karena itu, saya kira seluruh dunia, bukan hanya Indonesia, harus belajar dari India. Salah satu hal yang harus kita petik adalah membatasi diri untuk kumpul-kumpul. Apalagi, akan ada acara keagamaan terbesar, yaitu Idulfitri. Baiknya Idulfitri tahun ini kita tidak saling berkunjung dan cukup melakukan silaturahmi atau bermaaf-maafan via Zoom,” Dr. Erlina menyarankan.

Selain itu, bahaya long COVID juga mengintai kita

Sudah Divaksin? Protokol Kesehatan Tidak Boleh Kendor!

Menurut Dr. Erlina, pada umumnya pasien COVID-19 pulih dalam waktu 2-6 minggu

“Ini bisa terjadi pada 10-15 persen populasi pasien yang kemudian (bergejala) berat. Bahkan, 5 persen menjadi kritis kondisinya,” tuturnya.

Berdasarkan laporan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), gejala terbanyaknya adalah kelelahan, batuk, sesak, nyeri kepala, demam, diare, mual, nyeri dada, ruam kulit, dan anosmia (kehilangan kemampuan untuk mencium bau). Bahkan, ada yang merasa bingung, linglung, amnesia, susah berkonsentrasi, dan sulit tidur.

Long COVID juga menyebabkan gangguan psikologis dan psikiatris, seperti depresi dan ansietas. Dan yang terbaru, ternyata long COVID juga berdampak pada telinga, hidung, dan tenggorokan (THT), seperti keluhan suara berdenging di telinga, nyeri telinga, dan nyeri tenggorokan,” ujar dr. Erlina.

Berapa lama sindroma pasca COVID bertahan? Berdasarkan penelitian di Wuhan, dalam waktu 6 bulan, pasien masih mengalami kelelahan (fatigue), batuk, kelemahan otot, dan kesulitan tidur.

Karena long COVID memengaruhi banyak organ, maka penatalaksanaannya harus dengan pendekatan multidisiplin.

Misalnya, memantau saturasi oksigen, mencatat pola tidur, istirahat yang cukup, rutin berolahraga, makan makanan sehat, menghindari alkohol dan kafein, berhenti merokok, dan meningkatkan imunitas secara keseluruhan. Tak lupa, menerapkan 5M secara disiplin dalam skala individu dan mendorong pemerintah untuk terus melakukan 3T.

BACA JUGA : Kenali Faktor Penyebab Jerawat yang Jarang Orang Ketahui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *