5 Stress Language yang Perlu Diketahui
BANDAR POKER BANDAR66 BANDARQ DOMINOQQ POKER

5 Stress Language yang Perlu Diketahui

PINOQQ LOUNGE – Mungkin saat ini Anda sudah sangat familiar dengan istilah love language atau bahasa cinta yang sering bertebaran di internet. Atau mungkin Anda sendiri termasuk salah satu yang memercayainya? 5 Stress Language yang Perlu Di ketahui, Agar Hubungan Tetap Harmonis

Istilah love language sendiri pertama kali di ciptakan dalam buku terlaris Dr. Gary Chapman yang di terbitkan pada tahun 1992, The 5 Love Languages: The Secret to Love that Lasts, dan mengacu pada lima cara umum pasangan romantis mengekspresikan dan mengalami cinta.

Dengan mengetahui bahasa cinta masing-masing, termasuk dengan pasangan tentunya memiliki banyak manfaat yang bisa di dapatkan. Sebagai contoh untuk meningkatkan komunikasi antara kalian berdua, memperdalam hubungan emosional, mengurangi kesalahpahaman yang terjadi, serta meningkatkan kualitas hubungan.

Jadi katakanlah Anda dan pasangan sudah saling berhubungan dengan bahasa cinta masing-masing, seperti misalnya Anda ternyata menyukai quality time dan pasangan ternyata menyukai sentuhan fisik, tentunya menjadi hal yang baik dan harus di pertahankan.

Namun, bagaimana apakah Anda mengetahui stress language atau bahasa stres masing-masing? Ya, Anda tidak salah mendengarnya. Tidak hanya love language yang perlu di ketahui, tapi juga mengenai stress language.

Di lansir dari Purewow, Kamis (1/2/2024), konsep stress language di ciptakan oleh pakar kesehatan Chantal Donnelly, sebagai cara untuk mengeksplorasi kecenderungan bawaan atau pola perilaku pasangan kita ketika mereka berada dalam kesusahan atau kewalahan.

Lalu, apa saja stress language itu? Yuk, baca terus untuk mengetahui tentang lima stress language ala Donnelly dan bagaimana mengetahui bahasa Anda dan pasangan dapat membantu hubungan.

Apa Saja Lima Stess Language Itu?

Walaupun masih terdengar asing, ini dia lima stress language yang perlu Anda ketahui, antara lain:

5 Stress Language yang Perlu Diketahui

  1. The Exploder

Ini adalah respons stres yang terlihat secara lahiriah yang bisa terlihat seperti rasa kesal, frustrasi, kemarahan, atau agresi. Orang yang meledak-ledak cenderung menuding orang lain atas kesusahan mereka.

Stress language inilah yang biasanya kita sebut sebagai respons fight-or-flight. Apa pun situasinya, the exploder biasanya akan merespons seolah-olah ada krisis dan akan menjadi marah, menjadi paranoid, atau tiba-tiba memiliki dorongan biologis untuk menyerang di tengah-tengah percakapan.

  1. The Imploder

Tidak sejelas exploder, seseorang yang memiliki stress language ini sering menginternalisasi stres mereka dan bisa menjadi putus asa, tidak berdaya, dan lumpuh. Mereka biasanya cenderung memiliki banyak kesalahan pada diri sendiri dengan bahasa sehari-hari yang penuh tekanan.

Selain itu, mereka juga mungkin mengalami kesulitan melakukan kontak mata dan merasa terlalu mati rasa untuk mengekspresikan emosi. Dengan demikian, pengaruhnya dapat di redam dan terasa jauh.

Mereka cenderung ingin bersembunyi dari dunia luar dan perilaku mereka sering kali di salahartikan sebagai mengabaikan atau ‘membayangi’ orang lain.

5 Stress Language yang Perlu Diketahui

  1. The Fixer

Respons stres ini terkadang terlihat seperti respons yang membantu di permukaan. Namun, seiring berjalannya waktu, hal ini dapat berubah menjadi sikap mengomel, melampaui batas, dan tidak percaya pada kemampuan pasangan.

Biasanya the fixer akan segera bertindak dan mencoba memperbaiki sesuatu, apa pun ketika mereka stres—bahkan ketika tidak ada yang perlu di perbaiki atau apa yang perlu di perbaiki bukanlah urusan mereka.

Selain itu, mereka sering kali bertindak seperti orang tua daripada kekasih yang dapat merusak hubungan kalian berdua.

  1. The Denier

The denier bisa menjadi pola perlindungan umum bagi seseorang yang telah di ajari (biasanya di masa kanak-kanak) untuk percaya bahwa menunjukkan tanda-tanda stres adalah tanda kelemahan. Orang yang menyangkal bisa terlihat seperti seorang optimis yang buta terhadap kenyataan, seorang tabah yang menghindari semua emosi, atau seseorang yang menggunakan sikap positif untuk mengabaikan kesusahan.

Anda akan mendengar seorang penyangkal mengatakan, dengan bibir atas yang kaku, hal-hal seperti ‘Segalanya bisa menjadi lebih buruk’ atau ‘Saya baik-baik saja.’

Sayangnya, orang yang sering menyangkal akan memendam perasaan dan emosinya hingga sering kali berubah menjadi seorang yang meledak-ledak.

5 Stress Language yang Perlu Diketahui

  1. The Numb-er

Terakhir, ada the numb-er. Seseorang yang memilikinya sering menggunakan pelarian dan gangguan lainnya sebagai strategi penanggulangannya. Seseorang yang mati rasa akan beralih ke segala hal mulai dari alkohol atau obat-obatan, hingga game online, perjudian, belanja, menelusuri media sosial, atau menonton televisi secara berlebihan.

Bahkan perilaku yang tampak sehat pun bisa menjadi hal yang disukai banyak orang, seperti berolahraga berlebihan dan bekerja berlebihan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *